Blog inspirasi buat Anda

Berbagi Contoh Puisi ter-2015 - Sering Up To Date -

; Memetik hikmah melalui sajakan puisi - puisi ;
Hati

Kilatan petir menyambar hati kecil ini
Hati yang lalai akan keagungan-Mu
Hati yang ternodai oleh keangkuhanku
Dan hati yang terluka karna rasa dendamku
Perintah-Mu selalu kuabaikan
Hingga kasih sayang-mu tak dapat kurasakan
Mati sudah hati ini
Laksana batu,...
Bahkan lebih keras dari batu
Pantaslah aku menerima semua ini
Karna apa yang telah kulakukan selama ini
Ya Allah...
Lunakkanlah hati yang keras ini
Agar dapat merasakan kembali kasih sayang-Mu
Agar dapat melaksanakan perintah-Mu
Untuk mencapai keridhaan-Mu
Dan kembali kepadamu
Dengan hati yang suci

Deras Terperas

DerasKeringatmu terperas
Dari kokok pagi
Hingga menggulung senja
Cangkulmu mengayun matahari
Gembur disiram dan disiangi
Dengan mengharap Rahmat Ilahi

Benih yang kau tabur
Perlahan jadi bulir yang subur
Dipetik dengan rasa syukur

Deras keringatmu terperas
Kulit tubuhmu mengeras
Zuhudmu seperti cadas

Murka dari Keadilan

Jarum kebebasan seakan tumpul oleh tusukan para
penghianat
Borgol yang mengikat mereka usang dimakan
waktu
Jeruji besi tak mampu menahan godaan para penghalal
dosa kebebasan
Para penegak keadilan yang buta akan amanah

Disaat keadilan ingin berbicara
Para tawanan membantah akan hal yang memang
seharusnya ditegakkan
Pikiran mereka telah membabi buta dan tak akan
pernah terobati
Saksi-saksi seakan terpasung dalam kebohongan

Bilamana keadilan menang akan pembuktian itu
Pengkhianat akan terpaku dan mulut merka akan runtuh

Berpikirlah dahulu sebelum berkata
Yang terjadi tak mungkin terulang

Karena penyesalan akan selalu datang belakangan ...

                                                                                            Edisi I/XXV/X/**XV


Kesetiaan

Sementara air mata kesedihan menjadi saksi 
dalam tangisan
Pelajaran kesetiaan sulit untuk diterapkan
Dan tak pernah tercapai seperti yang ada dalam
impian

Pun air mata tak terhitungkan
Pada angka dan ruang yang telah ditentukan
Gambar – gambar mesra adalah kenangan yang
tertinggal

Hanya saja setumpuk tulisan
Yang bias aku saksikan
Membuat segalanya terkubur tanpa nisan


Kesendirian


Aku merenungi kehadiranmu
Untuk mengerti hanya butuh waktu
Kala sendiri , baru kusadar artimu

Aku menunduk pelan
Perlahan terdengar tangisan
Menyesal atas tawa yang tersimpan

Aku mengedipkan mata
Berulang kali , tetap sama
Berjuta mimpi tanpa asa
 Sahabat

Dulu aku membencimu
Dulu aku tak suka padamu
Dulu aku tak ingin menatapmu
Dulu kita tak bisa disatukan
Tetapi ternyata semua itu berubah

Aku mulai biasa memaafkanmu
Aku mulai ingin berteman denganmu
Kita mulai bersama mulai bertukar cerita
Memulai dengan canda dan tawa
Menenggelamkan semua perasaan tak suka
Menelunturkan semua kebencianmu padaku
Mulai saling mengerti dan saling melengkapi

Dan entah mengapa
Hingga saat ini
Aku ingin menganggapmu
Sebagai sahabat sejati 

                                                                                                             Edisi II/VI/XI/**XV
                                                                                  
Kesederhanaan Kita Di Dalam Kata

Memang menyisakan Tanya , tapi nyata
Hanya harus memilih dan memilah
Bijak ambil , bukan imbal

Meki angan dan ingin kerap menjadi angin
Namun tetap harus hidup untuk
menentukan hadap
Demi bias menghadapi kehidupan

Bukan tak mungkin , air mata akan menjadi
mata air
Karena sejatinya , semua itu hanya kisah
Untuk kita dapat menemukan kasih

Sempat Pupus

Kupatahkan juta logika
Kutangkis angkuhnya kriteria
Tetap saja salah
Tetap saja kalah
Hingga pena tak mampu menuliskannya

Sayap – sayap asa terbang tak tentu arah
Menabrak pintu – pintu nestapa

Sempat pupus
Tapi apa daya
Senyum

Serangga bernyanyi riuh menyibak dingin malam
Bola keju mencuri cahaya surya tuk terangi suram
Kuangkat wajah yang baru saja lepaskan kusam
Kuceritakan pada ribuan titk cahaya di langit hitam
‘Al Khabir’  . . .
Syukurku hanya untuk-Mu
Tampias cahaya surau mennangkap ketulusan tanpa ragu
Kupungut , kugenggam erat , penuh do’a , senyummu
Kan kubawa , kusimpan bersama kisah yang telah
digulung waktu
Seketika dua hati saling sembunyikan sipu , malu
Darah mengalirkan kebahagiaan dalam jiwa
Berubah menjadi api , menyulut , berkobar meledak
-kan rasa
Ditemani waktu yang menertawakanku
Aku yang terseok memikul segenduk rindu
Di atas batu kepercayaa hati takkan remuk oleh
topan
Kupercaya Tuhan

Senyum ini kan menjawab teka – teki masa depan

                                                                                                            Edisi III/VII/XI/**XV

Seikat Mawar Untuk Ibu
Persembahanku untuk ibu tercinta
Engkaulah telaga itu
Jernih air yang menawarkan lelah – penat
jiwaku
Keteduhan menghadirkan ketenangan bagi
anakmu
Dan jika lama aku merantau
Rinduku membuncah dan sunyi – hening
malamku
Mencipta seikat puisis mawar

Dengar tangan gemetar ingin
Kupersembahkan kepadamu ibu
Agar telaga selamanya jadi tenang
Dan izinka aku tuk bersujud
Simpuh dibening matamu yang telaga itu

Kepada Sajakku

Aku akan berhenti penyair
Jika aku hanya berjalan di tempat
Serta tak sempat mengubah hitam pekat
Menjadi putih di ke dalaman tubuhku
Apalagi di kotaku ; di tubuh orang – orang
Aku akan berhenti menjadi penyair
Jika sajaku tak ubah air
Yang tak mengalir
Atau seperti sia – sisa pembuangan pada comberan

Aku ingin sajakku tak habis dibakar
Bila suatu saat ada orang yang menyulutnya
Di bawah matahari yang menyimpang peluh kuningnya

Aku ingin monumen kota , orang – orang tua bagi anaknya
Bahkan dunia menjelma sajakku

Aku tak mau sajakku ditelan waktu
Surat Kepada Pemimpin

Kami yang melahirkan pagi
Dari siksa derita malam kelam
Merupakan api dimasa kemerdekaan ini
Tanda zaman penjajah telah silam

Fajar hari ini . . .
Mulai membawa kepermukaan bumi
Merombak dan membangkitkan dunia baru
Dunia setia kawan dan kecintaan yang satu

Tampaskan penjajah , lenyapkan penderitaan
Barisan kemenangan telah tiba

Indonesia maju ke depan

                                                                                                            Edisi IV/VII/XI/**XV
Tuhan , Aku Merindukan
 
Tuhan ,
Bau sarimi itu masih ada
Megingatkan aku ingin makan

Tuhan ,
Aku merindukan bau kertas
Bukan bau sarimi
Hanya dibutuhkan saat lapar
Memang sih , disanjung orang
Tapi proyeksinya nol besar
Tuhan , Aku merindukan bau kertas
Mau ditulisi ballpoint merah , biru , hijau
kuning , pink , atau apapun

Tuhan ,
Aku merindukan bau kertas
Yang ikhlas menerima

Tuhan ,
Aku merindukan bau kertas
Yang malam ini kutangisi
 
Keheningan Dalam Rimba

Di antara angin malam
Di antara kabut yang menyelimuti
Di antara gugusan bintang yang indah
Dan , di antara ransel – ransel kosong

Aku kembali
Kembali kepada rimbamu
Kembali menikmati sepimu
Kembali kepada kekosongan

Ini caraku
Menikmati surgamu Tuhan
Menikmati yang sudah Engkau ciptakan
Karena ini senantiasa membuatku bersyukur
Senantiasa merasa kecil di antara alam-Mu yang
megah

Karena awan pun tak pernah menyatakan dirinya tinggi
Bukankah manusia seharusnya demikian ?
Tak menjadikan apapun menjadi kesombongan
Karena Tuhan tak pernah mengajarkan kesombongan
Pada kehidupan umatnya

Filosofi Derai Hujan

Derai hujan yang kerap kali menyuarakan kepiluan
Semata karena terpisah dari lautan
Mengunjungi batu demi batu
Waktu demi waktu
Sendirian

Kita yang alpa
Menabur puja – puji pada lengkung pelangi
Padahal hanya bayang – bayang hujan

Yang bercermin pada terik matahari

                                                                                                                      Edisi V/XII/XI/**XV
Tag : Info, Puisi, Tips
2 Komentar untuk "Berbagi Contoh Puisi ter-2015 - Sering Up To Date -"

bagus dan tolong untuk diperbanyakk postingannya

Akhirnya, aku menemukan puisi yg kucari-cari selama ini, makasih atas postingannya kk . . . . tolong diperbanyak puisinya dengan tema yg macam-macam yah kk

Back To Top